Rabu, 17 Agustus 2011

citical review, umj








CRITICAL REVIEW

Mata kuliah: pendekatan studi Islam
Dosen: Dr. Sudarnoto Abdul Hakim
Tanggal: 23 Februari 2011


Nama: Darmawaty Malik
 NIM:2010920034
Program Studi: Magister Studi Islam
Semester: I-2010/2011
Editor: lila paramita krisnanto




PROGRAM STUDI MAGISTER STUDI ISLAM
UNIVERSITTAS MUHAMMADIYAH JAKARTA
JAKARTA
2011




Judul buku:
 Hubungan pendidikan dengan politik menurut     Taqyyuddin an-Nabhani  
Penulis:
Haniah Masse
Penerbit:
program pasca sarjana program magister studi Islam universitas Muhammadiyah Jakarta
Tahun terbit:
1426H/2006 M












r


A.          Deskripsi
1.      Isi
Syeikh Muhammad Taqyuddin ibn Ibrahim ibn Musthafa ibn Ismail ibn Yusuf an-Nabhani (1909-1977), atau lebih dikenal sebagai Taqyuddin an-Nabhani, kelahiran Palestina adalah tokoh pemikir Islam dan juga aktivis pergerakan Islam abad ke–20. Beliau juga dikenal sebagai tokoh pendidikan Islam. Dalam bidang ekonomi, sosial, dan perundang-undangan beliau adalah seorang penulis yang handal; gagasan-gagasannya sangat gemilang pada masanya.
Dalam bidang politik keberhasilannya dapat diukur dari kemampuannya menjabarkan konsep politik dalam konsep pendidikan, berdasarkan Al-Quran dan Hadist. Hal ini tidak terlepas dari latar belakang pendidikannya, dari Al-Azhar, dan lingkungan tempat ia dibesarkan. Di akhir kariernya dalam dunia politik, ia mendirikan partai Hizb Tahrir. Corak pemikiran, gagasan, ide-ide beliau baik secara konseptual maupun secara operasional adalah bercorak salafiyah rasional.
Ruang lingkup pembahasan pada konsep pendidikan dan konsep politik, serta hubungan kedua variabel tersebut bersifat deskriptif analisis. Taqyuddin an-Nabhani secara tegas mengungkapkan bahwa pemerintahan yang Islami adalah khilafah.
Semua konsep dan gagasan beliau terfokus pada masa keemasan umat Islam di masa klasik dan  pertengahan, berdasarkan al-quran dan hadist dengan merujuk pada sejarah Nabi SAW, di Madinah dan para khulaffaurrasyidin, beliau menegaskan bahwa bentuk negara ideal untuk umat Islam diseluruh dunia adalah  bentuk negara Madinah, dimana pemerintah berada dalam satu tangan.
Sementara hubungan antara pendidikan dengan politik dimata beliau adalah sangat erat. Sebuah negara Islam yang kuat harus memiliki sistem pendidikan yang terarah, terpadu dan seimbang sesuai dengan konsep politiknya yaitu Islam. Jadi sistem dan garis-garis besar pendidikan dalam negara Islam harus mendukung konsep politiknya. Dengan demikian pondasi negara terletak pada sistem pendidikannya. Dalam sejarah negara Madinah, Rasulullah, hubungan pendidikan dan pemerintahan selalu berjalan seimbang.


2.      Metodologi
o   Masalah yang dikaji buku:
a.       Identifikasi masalah
1.      Pendidikan dan politik memiliki hubungan yang tidak dapat dipisahkan
2.      Pendidikan dan politik adalah realitas empirik yang telah terjadi sejak awal perkembangan peradaban manusia
3.      Pelaksanaan pendidikan tidak boleh diserahkan kepada usaha swasta dengan pembiayaan yang didasarkan untung- rugi
4.      Pelaksanaan pendidikan harus mendapat patronase politik yang kuat
5.      Politik sangat menentukan kemajuan dan kemunduran pendidikan
6.      Barometer kemajuan peradaban sebuah bangsa bergantung pada kemajuan dibidang pendidikan
7.      Fakta sejarah mengungkapkan bahwa gerakan keilmuan dan dinamika pendidikan Islam penuh intrik politik. Simulasi konflik internal terjadi akibat perbedaan pemikiran mahzab fiqh, konflik sunni dan syiah, fuqaha dan kaum sufi, ulama hadist dan ulama kalam, filosof dengan mutakallimun
8.      Konflik menyeret kepentingan politik yang mempengaruhi dunia pendidikan
9.      Abdurrasyid, lembaga pendidikan Islam sebagai media transfer ilmu pengetahuan, merupakan salah satu konstelasi politik dizaman klasik
10.  Perjalanan keilmuan umat Islam dimotivasi oleh persoalan pokok, konflik pemikiran dan politik; semakin banyak konflik, semakin memiliki kemampuan dalam menciptakan stabilitas kekuasaan politik.
11.  Kemunduran yang dialami peradaban Islam karena adanya keterputusan bahkan kesalahan besar dalam membangun hubungan politik dengan pendidikan secara sinergis dan kohesif.
12.  Menurut an-Nabhani, pendidikan adalah pendukung utama stabilitas sosial politik
13.  Hubungan simbiostik pendidikan dan politik dengan batasan masalah, konsep pendidikan Taqyuddin an-Nabhani, konsep politik dan hubungan kedua konsep
o   Bagaimana masalah diteliti:
1.      Berdasarkan pemikiran politik Islam
2.      Pemikiran pendidikan islam
3.      Hubungan politik daan pendidikan
4.      Peran negara, kebijakan, dan pengendaliannya terhadap pendidikan
5.      Peran pendidikan terhadap politik kekuasaan negara yang meliputi:
§  Sebagai alat perubahan
§  Agen sosialisasi modernisasi dan nasionalisasi
§  Saran revolusi pembebasan masyarakat
§  Alat kekuasaaan
§  Pendidikan sebagai media sosialisasi politik
o   Metoda riset
Analisis deskriptif terhadap peran dan kebijakan politik kekuasaan atau negara sebagai patron od islamic knowledge, berdasarkan Al-quran dan Hadist dengan fokus kajian pada paradigma pemikiran atau konsep an-Nabhani
o   Menggali data
Sumber data meliputi data primer dan data sekunder.
1.      Data primer langsung dikumpulkan dari sumber pertama, yaitu kajian kitab2 mutabannat ± 30 buku dari Taqyuddin an-Nabhani.
2.      Sumber sekunder dari buku, jurnal ilmiah,majalah,dokumen dan makalah serta informasi yang relevan sebagai data pendukung.
o   Teknik pengumpulan data
Kategori library research merupakan penelitian kualitatif dengan pengolahan dan analisis data menggunakan metode deskriptif-analisis, secara sistematis, faktual, akurat mengenai fakta-fakta dan sifat-sifat populasi serta hubungan antar fenomena yang diselidiki dan korelasional, mengkaji sejumlah variabel yang diperkirakan memiliki hubungan dengan suatu varibel yang utama dan kompleks.
o   Analisis data termasuk pendekatan ilmu yang digunakan. Pendekatan kesejarahan (historic approach) untuk mengelaborasi secara deskriptif pemikiran politik dan pendidikan an-Nabhani dengan memperhatikan faktor-faktor yang berkaitan dengannya pada konteks zaman, tempat, obyek, dan pendekatan filsafat (philosophy approach), terhadap konsep  yang ditawarkan an-Nabhani. Hubungan politik dan pendidikan dianalisis secara filosofis terhadap kata-kata, pernyataan, dan ide yang menjadi kunci utama yang representatif bagi gagasan atau konsep an-Nabhani. Penggunaan pendekatan filosofis ini juga karena analisis tersebut berkaitan dengan politik sehingga pendekatan sejarah dan filsafat nantinya dapat menghasilkan konklusi akhir dan implikasi dari penelitian ini.



















B.             Komentar
1.      Kritik
[1]Politik adalah kegiatan/ usaha atau rekayasa yang diatur sedemikan rupa dalam rangka mencapai tujuan. Politik yang dalam bahasa Arab disebut dengan istilah siyasah berlaku mencakup pada semua aspek kehidupan, seperti pendidikan, keluarga, ekonomi, budaya, dan  kenegaraan. Umumnya politik berkaitan dengan masalah kekuasaan suatu pemerintahan. Di dalamnya dibahas antara lain tentang usaha-usaha untuk mendapatkan kekuasaan, mengelola, dan mempertahankannya agar kekuasaan tersebut tetap dapat dipertahankan.
Persoalan selanjutnya, apakah politik menentukan  corak pendidikan, atau sebaliknya? Hasan langgulung, melihat bahwa politiklah yang  menentukan  corak pendidikan. Politik berfungsi memberi bingkai ideologi/ akidah, dari mana ia bertolak untuk mencapai tujuan yang dicita-citakan dan rencana yang telah dibuat. Selain itu, politik juga memiliki hubungan dengan pemerintahan dalam keberlangsungan pendidikan. Hal itu dapat dilihat dari kaitan politik dan pemerintahan dengan pendidikan sebagai berikut.
a.       Perbaikan mutu pendidikan
b.      Perbaikan kurikulum
c.       Perbaikan KBM
d.      Perbaikan tenaga pendidik dan kependidikan
e.       Perbaikan manajemen
f.       Perbaikan anggaran
Dinamika pertumbuhan pendidikan  bergantung pada politik pemerintah. Ideologi politik pemerintahan sengat mempengaruhi berbagai komponen pendidikan. Oleh karena itu, setiap penyelelenggara pendidikan wajib mengetahui kebijakan pemerintah dan harus memberikan gagasan, pemikiran, konsep, dan lain-lain.
Model penelitian dalam tesis yang saya kritik menggunakan metode deskriptif analisis. Pendekatan dan analisis bersifat normatif historis, data yang digunakan bersumber pada kajian kepustakaan yang bersumber pada kajian. Syafi’i Ma’arif memberikan tiga hipotesis tentang cara atau model penelitian politik Islam sebagai berikut.
1.      Islam indonesia adalah Islam yang dinamis
2.      Usaha mengubah indonesia menjadi negara Islam adalah tidak realistik
3.      Prospek Islam indonesia tergantung pendidikan muslim indonesia, berdasarkan al-quran dan hadist
Selain itu, model penelitian ilmu pendidikan Islam dapat dilakukan dengan berbagai cara, antara lain:
1.      Objek empiris
2.      Fisafat, objek yang abstrak logis, tidak empiris
3.      Mistis, objek tidak empiris, dan tidak terjangkau oleh logika, abstrak supra logis, pengetahuan batin, yang gaib, dengan latihan atau cara lain
4.      Penelitian problema guru
5.      Penelitian lembaga pendidikan Islam, depolitisasi. Penelitian bersifat deskriptif, alat analisis, historis/ sejarah
6.      Model penelitian kultur pendidikan islam
7.      [2]Ada pengetahuan ilmu, yaitu pengetahuan tentang hal-hal atau objek yang empiris, diperoleh dengan melakukan penelitian ilmiah, dan teori yang bersifat logis dan empiris. Bila logis dan empirik, teori ilmu itu benar, dan inilah yang selanjutnya disebut science.
8.      Pengetahuan filsafat, pengetahuan tentang objek-objek yang abstrak logis, diperoleh dengan berpikir, dan teori-teorinya bersifat logis dan hanya logis (tidak empirik) kebenaran atau kesalahan teori filsafat hanya diukur dengan logika; bila logis dinilai benar, bila tidak maka salah. Bila logis dan ada bukti empiris, maka bukan teori filsafat tetapi sains
9.      Pengetahuan mistik, yaitu pengetahuan yang objek-objeknya tidak bersifat empiris, dan tidak terjangkau logika. Objek pengetahuan ini bersifat abstrak, supra logis. Objek ini dapat diketahui melalui berbagai cara, misalnya dengan merasakan pengetahuan batin, dengan latihan, atau cara lain, yaitu pengetahuan gaib.

[3]Tujuan penelitian historis adalah untuk membuat rekonstruksi masa lampau secara sistematis dan objektif, dengan mengumpulkan, mengevaluasi, memverifikasi, serta mensistematisasikan bukti-bukti untuk menegakkan fakta dan memperoleh kesimpulan kuat. Penelitian yang dilakukan oleh Haniah Masse memiliki ciri antara lain:
1.      Bergantung kepada daya yang diobservasi orang lain daripada diobservasi peneliti sendiri
2.      Harus tertib, ketat, sistematik dan tuntas, bukan sekadar mengkoleksi informasi-informasi yang tak layak, tak realible, dan berat sebelah
3.      Bergantung pada data primer dan data sekunder
·         Data primer diperoleh dari sumber primer, yaitu si peneliti secara langsung mengobservasi atau menyaksikan kejadian yang dituliskan
·         Data sekunder diperoleh dari  smber sekunder, yaitu peneliti melaporkan hasil penelitian  observasi orang lain yang satu kali atau lebih telah lepas dari kejadian aslinya.
Dalam meneliti permasalahan dalam tersisnya, Haniah Masse juga harus melakukan kritik eksternal dan kritik internal.
a.       [4]Eksternal
·         Apakah bahan autentik?
·         Siapa pembuatnya?
·         Bagaiman bahasanya?
·         Bagaimana bentuknya?
·         Apa sumbernya?
b.      Internal
·         Apakah isi dapat diterima?
·         analisis isi dokumen
·         Kritik interpretatif yang positif untuk menetapkan maksud dari si pembuat
·         Analisis dari keadaan dan  latar belakang dibuat,verifikasi dari pembuat
[5]Secara umum dapat dimengerti bahwa penelitian historis merupakan penelaahan serta sumber-sumber lain yang berisi informasi mengenai masa lampau dan dilaksanakan secara sistematis atau dapat dikatakan sebagai penelitian yang bertugas mendeskripsikan gejala, tetapi bukan yang terjadi pada waktu penelitian dilakukan. Penelitian historis di dalam pendidikan merupakan penelitian yang sangat penting atas dasar beberapa alasan. Penelitian historis bermaksud membuat rekontruksi masa latihan secara sistematis dan objektif, dengan cara mengumpulkan, mengevaluasi, memverifikasikan, serta mensintesiskan bukti-bukti untuk mendukung fakta, sehingga memperoleh kesimpulan yang kuat. Di mana terdapat hubungan yang benar-benar utuh antara manusia, peristiwa, waktu, dan tempat secara kronologis dengan tidak memandang sepotong-sepotong objek-objek yang diobservasi
·            Adanya proses pengkajian peristiwa atau kejadian masa lalu (berorientasi pada masa lalu);
·            Usaha dilakukan secara sistematis dan objektif;
·            Merupakan serentetan gambaran masa lalu yang integrative anatar manusia, peristiwa, ruang dan waktu;
·            Dilakukan secara interktif dengan gagasan, gerakan dan intuiasi yang hidup pada zamannya (tidak dapat dilakukan secara parsial).     
Penelitian korelasional bertujuan untuk mendeteksi sejauh mana variasi-variasi pada suatu faktor berkaitan dengan variasi-variasi pada satu atau  lebih faktor lain berdasarkan koefisiensi kolerasi. Ada empat hal yang perlu digarisbawahi dalam satu desain penelitian.
·         Pertama, rumusan masalahnya, termasuk di dalamnya operasionalisasi konsep dari masalah yang disebut dalam judul.
·         Kedua, signifikansi atau pentingnya penelitian.
·         Ketiga, bagaimana cara melakukan pengumpulan dan menganalisis data.
·         Keempat, studi pustaka, yang berguna untuk mengetahui studi apa saja yang pernah dilakukan yang berbicara mengenai hubungan  pendidikan dan. Semua itu, untuk mengetes apakah masih terdapat pengulangan atau tidak. Dengan demikian, peneliti membandingkan dengan penelitian terdahulu apa mungkin akan terjadi terulang kembali.
[6]Ilmu pendidikan dianggap mengalami reduksi dan involusi. Salah satu akar persoalannya adalah ilmu pendidikan dianggap tidak didukung oleh body of knowledge yang relevan dengan masyarakat Indonesia, serta tidak dibangun atas dasar pengetahuan yang relevan dengan perkembangan jiwa dan fisik anak-anak Indonesia. Pada sisi lain, falsafah yang mendasari ilmu pendidikan serta kebijakan dasar pendidikan secara umum pada saat ini dihadapkan pada konteks masyarakat Indonesia yang sedang berubah, suatu masyarakat reformasi transisional yang diharapkan menuju masyarakat yang sejahtera, berkeadilan, demokrasi, egaliter, menghargai kenyataan pluralitas masyarakat dan sumber daya, otonomi, dsb.  Tantangan semacam itu tentu perlu disikapi oleh para pakar pendidikan dengan upaya menemukan dan merumuskan parameter yang bersifat menyeluruh untuk membangun ilmu pendidikan sebagai ilmu yang multidimensi; baik dari segi filsafat (epistemologis, aksiologis, dan ontologis), maupun secara ilmiah. Oleh karena itu, dibutuhkan ilmu pendidikan yang berakar dari konteks budaya dan karakteristik masyarakat Indonesia, dan untuk kebutuhan masyarakat Indonesia yang terus berubah.
Pendidikan sebagai gejala sosial dalam kehidupan mempunyai landasan individual, sosial, dan kultural. Pada skala mikro pendidikan bagi individu dan kelompok kecil beralngsung dalam skala relatif tebatas seperti antara sesama sahabat, antara seorang guru dengan satu atau sekelompok kecil siswanya, serta dalam keluarga antara suami dan isteri, antara orang tua dan anak serta anak lainnya. Pendidikan dalam skala mikro diperlukan agar manusia sebagai individu berkembang semua potensinya dalam arti perangkat pembawaanya yang baik dengan lengkap.
Manusia berkembang sebagai individu menjadi pribadi yang unik yang bukan duplikat pribadi lain. Tidak ada manusia yang diharap mempunyai kepribadian yang sama sekalipun keterampilannya hampir serupa. Dengan adanya individu dan kelompok yang berbeda-beda diharapkan akan mendorong terjadinya perubahan masyarakat dengan kebudayaannya secara progresif. Pada tingkat dan skala mikro, pendidikan merupakan gejala sosial yang mengandalkan interaksi manusia sebagai sesama (subjek) yang masing-masing bernilai setara. Pada skala makro, pendidikan berlangsung dalam ruang lingkup yang besar seperti dalam masyarakat antar desa, antar sekolah, antar kecamatan, antar kota, masyarakat antar suku dan masyarakat antar bangsa. Dalam skala makro masyarakat melaksanakan pendidikan bagi regenerasi sosial yaitu pelimpahan harta budaya dan pelestarian nilai-nilai luhur dari suatu generasi kepada generasi muda dalam kehidupan
Untuk memperkuat hasil penelitian hubungan pendidikan dengan politik menurut Taqyuddin an-Nabhani dengan pendekatan filosofis dan historis, perlu ditambahkan pendekatan antropologi dan sosiologi  dengan cara penelitian grounded research.
Pendekatan antropologi dimaksudkan pendidikan dan politik, diantaranya berkaitan dengan masyarakat, budaya. Pendekatan soiologi dimaksudkan pendidkan dan politik, diantaranya berkaitan dengan perubahan sosial, pranata sosial. Penelitian dilakukan dengan grounded research, berkaitan dengan metodologi penelitian sosial  dengan cara kualitatif. Penelitian terintegrasi ini akan menghasilkan kesimpulan bahwa keberhasilan suatu pemerintahan/ politik diukur dari besarnya dukungan pada pendidikan,generasi penerus bangsa yang potensial, maka akan kuatlah bangsa itu












C.    Alternatif metodologi
1.      Metodologi Penelitian
[7]Metoda ilmiah dari suatu cabang ilmu pengetahuan adalah cara yang dapat digunakan dalam ilmu tersebut untuk mencapai suatu kesatuan pengetahuan. Tanpa metoda ilmiah suatu ilmu pengetahuan bukanlah ilmu, melainkan hanya suatu himpunan pengetahuan saja mengenai gejala alam atau masyarakat, tanpa adanya kesadaran mengenai hubungan antara gejala-gejala yang ada.
Kesatuan pengetahuan itu dapat dicapai para ahli dalam ilmu yang bersangkutan melalui 3 tingkatan:
a.       Pengumpulan data/ fakta
      Tingkat ini adalah pengumpulan data mengenai kejadian dan gejala masyarakat dan kebudayaan untuk diolah secara ilmiah. Dalam kenyataannya, aktivitas mengumpulkan data disini terdiri dari berbagai metoda, yaitu metoda observasi, mencatat, mengolah, dan mendeskripsikan fakta yang terjadi dalam suatu masyarakat yang hidup.
      Pada umumnya metode pengumpulan data/ fakta dalam ilmu pengetahuan, dalam hal ini penelitian hubungan politik dan pendidikan an-Nabhani, adalah penelitian kepustakaan
b.      Penentuan ciri umum dan sistem
Suatu tahap dalam cara berpikir ilmiah, yang digunakan untuk menganalisa fakta yang telah terkumpul dalam kehidupan masyarakat. Proses berpikir pada tahap ini berlangsung secara induktif, yaitu dari pengetahuan tentang peristiwa dan fakta yang nyata kepada konsep-konsep mengenai ciri-ciri umum yang lebih abstrak.
c.       Verifikasi
      Dilakukan verifikasi metoda yang digunakan, terhadap kaidah-kaidah yang telah dirumuskan, untuk memperkuat pengertian yang telah ada. Dalam pengujian, proses berpikir dilakukan secara deduktif, yaitu dari perumusan umum ke fakta yang ada. Penelitian hubungan politik dan pendidikan an-Nabhani lebih banyak berdasarkan pengertian dari kaidah lebih, menggunakan metoda verifikasi yang bersifat kualitatif, yang dimaksudkan memperkuat pengertian dengan cara menerapkannya secara rinci pada kenyataan, yaitu pada  beberapa masyarakat yang ada.
Penelitian Haniah Masse berbentuk deskriptif analisis. Pendekatan dan analisis bersifat normatif historis, data yang digunakan bersumber pada kajian kepustakaan bersumber pada kajian. Model penelitian politik Syafi’i Ma’arif memiliki tiga hipotesis.
1.      Islam indonesia, islam yang dinamis
2.       Usah mengubah indonesia menjadi negara islam , tidak realistik
3.       Prospek islam indonesia tergantung pendidikan muslim indonesia, berdasarkan al-quran dan hadist
[8]Penelitian hubungan politik dan pendidikan yang dilakukan oleh Haniah Masse adalah penelitian kualitatif, konsep-konsep yang digunakan belum didefinisikan dan dijabarkan dengan ketat. Perumusan masalah baru ditemukan setelah pengumpulan data dan instrumen penelitian cenderung tidak berstruktur. Secara garis besar karakteristik penelitian kualitatif:
·         Menggunakan analisis induktif
·         Menelaah proses2 yang terjadi
·         Peneliti aktif dilapangan
·          Orang yang diteliti sebaga ipartisipan
·         Temuan belum dianggap final, sejauh belum ada bukti kuat
Penelitian dengan menggunakan metode kualitatif membutuhkan  bahan yang sukar diukur dengan angka. Penelitian adalah deskriptif korelasional.minimal ada tiga hal:
1.      Karakteristik pelaku
2.      Kegiatan atau kejadian selama penelitian
3.      Lingkungan atau karakteristik tempat penelitian  berlangsung
Melalui penelitian kita dapat mengetahui hubungan yang ada antara dua variabel; politik dan pendidikan. Hal itu dikarenakan penelitian bertujuan untuk menemukan adanya korelasi antara dua hal yang sedang diteliti. Selain itu, untuk mengetaui berapa besar kontribusi variabel terikat terhadap variabel bebas.
2.      Pendekatan terhadap Ilmu Antropologi dan Sosiologi
Diusulkan agar ditambahkan metodologi pendekatan sosiologi dan antropologi
1.      Pendekatan Antropologi
[9]Pendekatan antropologis dalam memahami agama/ hubungan politik dengan pendidikan dapat diartikan sebagai salah satu upaya memahami agama/ hubungan tersebut dengan cara melihat wujud praktik hubungan politik dengan pendidikan yang tumbuh dan berkembang dalam masyarakat. Pendekatan antropologis dalam memahami agama dapat diartikan sebagai satu upaya memahami agama dan cara melihat wujud praktik keagamaan. Melalui pendekatan ini agama/ hubungan politik dengan pendidikan tampak akrab dan dekat dengan masalah yang dihadapi masyarakat/ manusia dan berupaya menjelaskan dan memberikan jawabannya.
Antropologi, menurut Dawam Raharjo, mengutamakan pengamatan langsung, bahkan sifatnya partisipatif. Kesimpulan yang sifatnya induktif mengimbani pendekatan deduktif pengamatan sosiologi. Penelitian antropologis yang induktif dan grounded sebagaimana dilakukan dalam bidang sosiologi, banyak juga memberi sumbangan kepada penelitian historis. Ditemukan hubungan positif antara politik dengan pendidikan Islam dalam pendekatan antropologi
Melalui pendekatan antropologis fenomenologi ditemukan adanya hubungan antara politik dengan pendidikan Islam. Antropologi berkaitan dengan fungsional berbagai fenomena kehidupan manusia. Pendekatan antropologi  sangat dibutuhkan dalam penelitian hubungan politik dengan pendidikan. Dengan kata lain, cara yang digunakan dalam ilmu antropologi dalam melihat suatu masalah dapat digunakan dalam penelitian agama/ hubungan politik dengan pendidikan karena antropologi mempelajari adat-istiadat dan kepercayaan pada suatu lingkup masyarakat tertentu.



2.      Pendekatan Sosiologi
[10]Sosiologi adalah ilmu yang mempelajari hidup bersama dalam masyarakat dan mempelajari ikatan-ikatan antara manusia yang menguasai hidupnya itu. Sosiologi adalah ilmu yang menggambarkan tentang keadaan masyarakat lengkap dengan struktur, lapisan serta berbagai gejala sosial lainnya yang saling berkaitan. Dengan ilmu ini suatu fenomena sosial dapat dianalisis dengan faktor-faktor yang mendorong terjadinya hubungan mobilitas sosial serta  keyakinan-keyakinan yang mendasari terjadinya proses tersebut.
Sosiologi dapat digunakan sebagai salah satu pendekatan  hubungan politik dan pendidikan karena hubungan politik dan pendidikan baru dapat dimengerti, dipahami secara proporsional dan tepat apabila menggunakan ilmu sosiologi. Mengingat bahwa pengetahuan perihal struktur masyarakat saja belum cukup untuk memperoleh gambaran yang nyata mengenai kehidupan bersama dari manusia, maka sosiologi sangat dibutukan karena sosiologi mempelajari proses-proses sosial. Dengan pendekatan sosiologi, suatu fenomena sosial dapat dianalisis dengan faktor-faktor yang mendorong terjadinya hubungan, mobilitas sosial serta keyakinan-keyakinan yang mendasari  terjadinya proses tersebut.














D.    Cara Meneliti
1.      Metode Penelitian Grounded Research
[11]Dalam penelitian sosial biasa dikenal dengan metode Grounded Research yang bisa digunakan pada penelitian agama. Metode grounded research adalah metode penelitian sosial yang bertujuan untuk menemukan teori melalui data yang diperoleh secara sistematik dengan menggunakan metode analisis komparatif konstan. Bertolak dari pengertian ini, ciri pertama grounded research adalah adanya tujuan menemukan atau merumuskan teori dan adanya prosedur sistematis, serta penggunaan analisis komparatif konstan. Tujuan utama dalam grounded research adalah merumuskan teori berdasarkan data yang dijamin keabshannya sebagai alternatif lain dari metode-metode sosial yang ada selama ini.
Memiliki suatu teori harus juga dilihat dari segi bagaimana dahulunya teori itu dirumuskan, di samping penilaian tentang keruntutan logika (logical consistecy), kejelasan (clarity), kehematan (parcimony), kepadatan (density), keutuhan (integation), dan operasionalnya. Penelitian sosial, khususnya sosiologi, selama ini banyak bersifat membuktikan kebenaran teori yang telah ada (verifikasi) yang kurang memberikan perhatian penjelmaan teori baru.
Teori yang didasarkan atas data akan tahan lama dan sulit diubah walaupun setiap teori memerlukan perubahan atau reformulasinya. Teori yang dihasilkan grounded research berdasarkan pada data, karena itu ia disebut dengan teori berdasar (grounded theory). Keuntungan grounded theory dibandingkan dengan teori deduktif logis (logic deductive theory), ia dapat mencegah permulaan dan penggunaan teori secara oportunistik kerana selalu didasarkan dan dikendalikan oleh data.
Penelitian verifikatif bertitik tolak dari suatu hipotesis atau teori yang telah dirumuskan sebelum penelitian dilakukan dan kemudian dibuktikan kebenerannya penelitian. Sebaliknya grounded research tidak bertolak dari suatu hipotesis ataut teori, hipotesis justru muncul setelah penelitian dilakukan dan teori dibangun pada akhir penelitian (Mudzhar, 1998: 48-49).
Grounded research menghasilkan data yang sistematis, artinya data yang diperoleh melalui prosedur penelitian. Metode grounded research memiliki komponen kegiatan seperti persiapan, pengumpulan data, pengkodean, analisis dan penulisan laporan, tetapi pelaksanaanya tidaklah secara bertahap (dalam arti satu demi satu) menurut urutan tersebut. Setelah prosedur ini dilakukan, kemudian langkah selanjutnya adalah analisis sesuai dengan obyek studi yang dikaji. Prosedur suatu penelitian atas dasar grounded research secara singkat dapat disebutkan dalam lima langkah sebagai berikut:
·         Menentukan sasaran studi dan memilih kelompok-kelompok sosial yang hendak diperbandingkan yang sekaligus akan menjadi sumber data, biasanya termasuk penentuan informan pangkal (key informan).
·         Data yang diperoleh (melalui teknik-teknik pengumpunlan data yang digunakan) diklasifikasikan dengan cara mencari persamaan dan perbedaanya sehingga melahirkan ketegori-kategori.
·         Ketegor-kategori tersebut kemudian dicari ciri-ciri pokoknya untuk dapat diketahui sifatnya.
·         Kategori-kategori tersebut (setelah diketahui sifat-sifatnya) kemudian dihubungkan satu sama lain sehingga melahirkan hipotesis.
·         Hipotesis-hipotesis itu kemudian dihubungkan lagi satu sama lain sehingga melahirkan jalur-jalur kecenderungan yang lebih umum yang akan menjadi inti dari teori yang akan muncul (Mudzhar, 1998: 50-51).
Ciri lain dari grounded research adalah analisis komparatif. Artinya bahwa analisis terhadap setiap kategori yang muncul selalu dilakukan dengan cara memperbandingkan satu sama lain. Dengan analisis komparatif tidak perlu dibayangkan bahwa lokasi penelitian harus luas dan berserak-serak karena analisis komparatif dapat digunakan untuk segala ukuran unit sosial. Prinsip kerja metode analisis ini terdiri dari atas dua tahap pokok, yaitu;
·         Memperbandingkan setiap tahun untuk memunculkan berbagai kategori.
·         Memperbandingkan dan mengintegrasikan kategori-ketegori dan sifat-sifatnya untuk memunculkan hipotesis dan memberi batasan teori
[12]Langkah-langkah yang digunakan dalam grounded research, yaitu:
a.    Manakah kelompok penting yang harus diperbandingkan? Langkah ini menghasilkan deskripsi
b.   Apa persamaan dan perbedaan dari kelompok-kelompok tersebut? Langkah ini menghasilkan kategori-kategori
c.    Apakah ciri penting dari setiap kategori? Langkah ini menghasilkan sifat2.
d.   Bagaimana kategori-kategori utama berhubungan satu dengan yang lain? Langkah ini menghasilkan hipotesis
e.    Bagaimana hipotesis-hipotesis itu berhubungan dengan yang lain/ langkah ini menghasilkan teori akhir yang diperoleh
Grounded research memiliki kekuatan dan sekaligus kelemahan. Kekuatannya adalah data bisa lebih lengkap dan lebih mendalam karena langsung dianalisis, sehingga sesuatu yang dianggap sebagai lowongan data segera akan dapat diketahui dan disempurnakan. Teori yang akan muncul pun terbuka dari kemungkinan yang lebih banyak, dibanding dengan penelitian verifikatif yang hanya terbatas pada satu kemungkinan, yaitu menerima atau menolak hipotesis atau teori yang diuji. Kelemahannya terletak pada sulitnya menemukan saat yang tepat kapan penelitian harus berhenti karena hipotesis yang telah dibangun dapat jatuh kembali berhubungan dengan datangnya data baru yang membatalkannya; dapat bangun kembali bila data baru yang menyokongnya. Sisi kelemahan lain juga terletak pada pandangan dasarnya, bahwa untuk memahami suatu data tidak perlu digunakan suatu teori tertentu, melainkan semata-mata menurut kepekaan keluasan wawasan peneliti.










[1] Nata Abuddin(2010),ilmu pendidikan Islam dengan pendekatan multidisipliner,  Jakarta, PT raja grasindo persada, hal295-317
[2] Nata,Abuddin( 2008), metodologi studi Islam, ed rev-12, jakarta, PT raja grafindo persada, hal343-344
[3] Opcit,Nata,Abuddin, metodologi studi Islam, hal 174
[4] Koentjarningrat(1979), metoda2 penelitian masyarakat, Jakarta, PT gramedia, hal79-80
[5] Internet, hartoto, http://www.penalaran-unm.org/index.php/artikel-nalar/penelitian/162-penelitian-historis-sejarah.html

[6] http://wijayalabs.blogspot.com/2007/11/pentingnya-landasan-filsafat-ilmu.html
[7] Koentjaraningrat( 2005), pengantar antropologi,jilid I, Jakarta, Ptrineka cipta, hal 27-32
[8] Suyanto,Bagong, dkk(2010), metoda peneltian sosial, cetakan kelima,jakarta, PT kencana prenada media grup, hal. 231
[9]Opcit, Nata, Abuddin(2008),metodologi studi Islam, hal 35-38

[10] Ibid,Nata,Abuddin, metodologi studi Islam, hal 38-42
[11] //blog.uin-malang.ac.id/mujtahid/2010/02/15/pendekatan-studi-islam-dalam-teori-dan-praktik/

[12] opcitNata,Abuddin, metodologi studi Islam, hal 354

Tidak ada komentar:

Posting Komentar